Rabu, 06 Mei 2009

no name...

Chapter 1

Ingin sekali aku melihatmu lagi.

Aku selalu bertanya pada bintang tentang keadaanmu.

Walaupun kita tidak pernah bertemu tapi aku yakin hati kita tetap bersama.

Aku akan selalu menunggumu disini.....

©Karin

Itulah kata-kata yang Karin tulis di kertas. Wajahnya tampak murung dan bermalas-malasan. Tangan kirinya menggenggam kalung cantik berbandul huruf “N” yang selalu dipakainya sementara tangan kanannya terus memainkan pulpen yang dipakainya untuk menulis.

“Woi!” sapa seorang cewe sambil mendorong tubuh Karin hingga hampir jatuh.

“Loe yang kira-kira donk,Al! Kalau gue jatuh gimana? Nggak tau diri loe.” Omel Karin karena kesal dengan sikap Alisa yang terkadang seenaknya,apalagi saat ia sedang benar-benar serius. Alisa adalah sahabat Karin sejak SMP. Mereka berkenalan karena kejadian yang nggak disengaja. Dulu saat MOS, tas mereka berdua tertukar karena mirip. Dari situ mereka berkenalan dan ternyata mereka punya hobi yang sama,yaitu tenis! Yah lumayan deh.. biar ga jago-jago amat, asal bisa benturin itu raket sama bolanya udah lumayankan? Kita kan masih tahap latihan.

“Rin,ngapain sih loe nulis-nulis puisi kayak gini tiap hari? Ga bosen loe? Udah berapa buku tuh yang penuh sama puisi loe?” seru Alisa seraya membuka buku khusus puisi milik Karin.

“Baru 10 buku aja koq,” jawab Karin.

“Gila loe! 10 dibilang baru? Gue mau buat 1 puisi buat tugas bahasa aja semaleman cuma ketulis sebait, ujung-ujungnya juga gue nyontek. Loe pengen jadi penulis puisi apa?” tanya Alisa nggak menyangka.

“Nggak lah. Puisi ini buat seseorang yang gue tunggu.” Karin memegangi bandul kalungnya lagi dan tersenyum tipis.

“Al,tahu nggak ini hari apa?”

Alisa membuka hpnya dan melihat fitur kalender yang ada dalam hpnya. “Hari Rabu,15 April. Emank kenapa,Rin? Ada yang ultah?”

“Hari ini dia ulang tahun. Dulu waktu kecil, gue sama dia selalu ngerayain bareng-bareng,” kenang Karin dengan mimik senang. Matanya menerawang jauh. Tapi sesaat kemudian,mimiknya berubah sedih.

Alisa yang melihat sahabatnya bersikap aneh menjadi bingung. Sebentar-sebentar Karin menulis puisi yang panjaaaaaang banget yang panjangnya aja udah bisa nyaingin tembok berlin. Cuma untungnya tu tembok udah dirubuhin. Kalo cuma gitu mending deh. Sekarang malah lebih parah lagi. Abis ketawa sendiri ga jelas sekarang malah murung ga jelas juga. Ampun dah. Semalem ne anak ketiban apaan seh?! Abisnya dalam waktu beberapa menit saja mimiknya bisa berubah sedemikian cepat.

“ Loe kenapa sih,Rin?” tanya Alisa heran.

Namun pertanyaan Alisa nggak digubris sama sekali oleh Karin. Alisa mankin senep sama sahabatnya itu. Kontan aja alisnya yang dari tadi emang udah berkerut tambah berkerut lagi, tuh alis jadi bener-bener keriting sekarang. “Tapi....disaat ulang tahunnya juga,dia ninggalin gue tanpa bicara apa-apa.”

Mendengar ucapan Karin yang terakhir,Alisa baru mengerti akan perubahan mimik Karin yang selalu tiba-tiba..sama cepetnya sama rubahnya kurs mata uang di bursa efek Ia mengerti sahabatnya itu sedang mengenang seseorang yang bener-bener berarti.

Karin meletakkan kepalanya diatas meja sambil masih memegang bandul kalungnya. Lalu ia memejamkan matanya,Alisa yang melihatnya memilih untuk meninggalkan Karin sendirian agar bisa tenang.

**********************************

8 tahun yang lalu......

“Karin,” teriak Nico dari jauh.

“ Cepetan sini! Ayo buruan ntar bisa-bisa kita kemaleman!” teriak Karin tak kalah nyaring.

“Sory-sory gue telat,” ujar Nico. Lalu ia segera menggandeng tangan Karin dan memasuki hutan kecil dihadapannya.

Mereka terus berjalan lurus kedalam hutan yang banyak ditumbuh pohon-pohon besar. Setelah melewati hutan kecil itu terlihat danau yang indah dan kelilingi oleh bunga-bunga liar.

“Nic,duduk dulu disini. Gue capek banget nih,” keluh Karin terengah-engah.

“Ya udah. Kita duduk aja disini dulu sambil nunggu petang....”

Mereka berdua pun duduk didekat danau itu sambil mengobrol. Karena terlalu asyik mengobrol tanpa terasa petang pun tiba dan tanpa sabar mereka menunggu sesuatu yang muncul didekat danau itu.

“Nic,apa bener mereka bakalan keluar?” tanya Karin nggak yakin.

“Yakin kok. Kalau nggak hujan kayak sekarang kunang-kunang pasti keluar,Rin.” Nico mempererat genggaman tangan Karin yang saat itu terlihat cemas. Nico dan Karin berteman sejak mereka TK, rumah mereka bertetanggaan. Mereka berdua selalu main bersama entah disekolah maupun di rumah. Danau itu adalah tempat rahasia yang selalu mereka kunjungi sejak mereka duduk di bangku SD. Bila mereka ingin ke tempat itu mereka harus sembunyi-sembunyi karena mereka nggak ingin orang lain tahu tempat rahasia mereka.

Akhirnya Karin melihat sesuatu bersinar. Inilah yang mereka tunggu-tunggu! Kunang-kunang itu akhirnya muncul! Tempat yang sunyi dan gelap itu seketika juga berubah terang dan sangat indah! Air danau yang terlihat gelap karena malam memantulkan cahaya kunang-kunang yang berterbangan di atasnya. Nico dan Karin yang menunggu moment ini hanya bisa terpaku senang dan tak percaya menatap ratusan kunang-kunang itu. Abisnya suasananya bener-bener indah banget sih!

“Cantik! Cantik! Cantik! Cantik!” seru Karin berulang-ulang karena perasaan takjub dan kagum.

“Emang benar-benar cantik,” tambah Nico. Lalu pandangannya berpindah pada anak perempuan yang ada disebelahnya. “Rin,gue sayang banget sama kamu.”

Perkataan yang muncul secara tiba-tiba dari mulut Nico membuat Karin yang saat itu tengah asyik menikmati pemandangan di depannya terkejut setengah mati. Yah, ga mungkin setengah mati sih.. Ngerasain setengah mati aja belum pernah. Jangan dulu deh.. pokoknya kagetlah. Kontan saja mukanya berubah merah padam mendengar ucapan Nico.

“Mak...maksud loe a..apa nic?”tanya Karin ragu-ragu karena malu dan takut dia salah nangkep maksud Nico. Ntar dia malah dikira ke-Gran lagi. Kalo gitu kan bahaya. Udah suasananya enak gini, masa awal-awalnya romantis akhirnya malahan tragis?!

“Iya. Gue sayang banget sama loe,Rin. Gue tahu kita emang masih kecil. Tapi...ntar kalau kita udah besar,gue pasti masih suka loe dan gue pasti cari loe,Rin.. Loe mau nunggu gue kan?” tanya Nico penuh harap sambil terus menatap Karin.

Karin terlihat takut sekaligus syok mendengar perkataan Nico yang terakhir. “Emank loe mau kemana,Nic?”

“Gue... Gue... Gue mau pergi,Rin.”

“Pe..Pegi? Pegi kemana Nic? Loe nggak bakal ningalin gue kan?”

“Sory,Rin. Gue harus pegi,gue harus ikut ortu gue. Tapi gue janji gue pasti akan balik lagi kesini...”

“Nggak usah! Loe nggak usah kembali, loe jangan pegi kemana-mana, loe nggak usah ikut,Nic” renggek Karin keras. Ia sudah tak peduli lagi mukanya tampak ancur karena air mata. Ia juga gak peduli kalo nantinya ia terlihat manja karena merengek dan menangis sejadi-jadinya. Ia sudah benar-benar kalap dan syok karena Nico, yang selama ini sudah ia anggap teman, kakak, sekaligus orang yang ia suka akan pergi. Padahal Nico kan baru aja nyatain perasaannya sama Karin. Tapi masa pernyataanya datang seiring dengan kepergiannya. Karin merasa dunia ini benar-benar ga adil! Kalo seperti ini mending ga usah ada kunang-kunang sekalian deh jadi ga akan ada pernyataan dari Nico! Mending dari awal yang nongol itu walang sangit yang nebar bau-bau aja, bukan kunang-kunang! Jadi dia ga usah kebawa suasana yang awalnya romantis kayak gitu! Sekarang bener-bener berawal romantis akhirnya tragis!!

“Nico memeluk Karin sesaat. Lalu ia melepaskan kalung yang dipakainya dan ia mamberikannya pada Karin yang saat itu sedang menangis terisak-isak. “Ini buat loe!”

Karin tertegun melihat Nico memberikan kalungnya dan memakaikan kalung itu dileher Karin.

“Ta..tapi Nic,ini kan kalung kesayangan loe. Kenapa loe kasih ke gue?”

“Emang. Tapi sekarang gue mau loe yang pakai kalung ini. Biar kalung ini bisa gantiin gue,Rin. Selama kalung ini masih ada dekat loe, anggap aja kalo gue juga ada di dekat loe”

“Kalau gitu....,” guman Karin sambil melihat jam tangan perak yang melingkar di tangan kirinya dan melepaskannya “Ini buat loe,Nic. Tapi loe harus janji,loe harus rawat jam ini sama seperti gue ngerawat kalung loe ini.”

Karin pun memakaikan jam tanggannya ditangan Nico. “Gue pasti akan nunggu kamu,Nic. Pasti” isak Karin.

Nico yang melihat Karin mulai menangis lagi langsung memeluknya “Gue janji,gue pasti akan selalu merawat jam kesayangan loe ini. Dan gue juga janji, gue bakal balik lagi kesini.”

Karin hanya bisa pasrah menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. Dan mereka pun kembali menikmati suasana indah disekitar mereka dan waktu kebersamaan mereka yang sempit itu

“Kapan loe bakal pergi,Nic?” tanya Karin pada Nico saat mereka berjalan beriringan pulang ke rumah.

“Mungkin minggu depan.”

“Oh,” jawab Karin pendek.

“Loe nggak akan dimarahin pulang malam-malam kayak gini kan Rin?” tanya Nico kuatir saat tiba didepan rumah Karin.

“Nggak kok. Mau mampir?” tanya Karin.

“Nggak usah, udah melem banget Rin Gue pulang dulu yach!”

“Bye. Jangan lupa berdoa ntar malem dan ke kamar mandi dulu sebelum tidur!” teriak Karin keras ambil tersenyum polos.

Nico menoleh ke arah Karin dan menganggukan kepalanya menandakan ia nggak akan lupa dan menyeringai jail ke arah Karin. Lalu Nico pun terus berjalan ke arah rumahnya yang berada tepat didepan rumah Karin.

Keesokkan hari,Karin bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah mandi ia segera berpakaian dan bersiap-siap mengujungi rumah Nico sambil membawa kado ulang tahun untuknya yang telah ia persiapkan.

“Nicooo...!!! Nicooo?!” panggil Karin polos. Berulang kali ia memanggil nama Nico. Namun nggak ada sahutan sama sekali dari dalam rumah itu.

“Rin,kamu ngapain disitu?” tanya tante Rika,tetangga karin.

“Karin mau ngerayain ulang tahunnya Nico,tante,” jawab Karin sambil tersenyum gembira. Waktu yang udah sempit ini kan harus dinikmati dengan benar. Jadi Karin gak mau mikirin yang nanti-nanti. Pokonya sekarang ini sedih gak sedih dia mau tetep tersenyum buat Nico. Biar aja deh ni gigi bakal kering juga. Apalagi ini hari ulang tahun Nico. Ya kan?

“Ulang tahun Nico?” tanya tante Rika heran.

“Iya,tante. Kok tante kelihatan heran ?”

“Nggak apa-apa kok. Emank Karin belum tahu? Nico sama keluarganya kan udah pergi tengah malam tadi. Karena pesawat yang mereka tumpangi berangkat jam 4 pagi tadi,” kata tante Rika. Kontan saja saat itu Karin langsung syok. Wajahnya pucat pasi.

“Nggak mungkin, tante!! Nggak mungkin!! Nico kan udah janji mau ngerayain ulang tahunnya sama Karin!! Jadi ga mungkin kalo dia udah pegi!”

“Waduh, tante kurang tau. Mereka cuma pamit itu juga karena tante semalam nggak sengaja tante keluar.” Sambil menangis Karin berjalan pulang kerumahnya membawa kado yang rencananya akan diberikan pada Nico. Tante Rika yang melihat tingkah laku anak kecil ini hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
”Ma!” teriak Karin keras setelah tiba dirumahnya.

Tante Amanda,mamanya Karin,yang mendengar teriakan anaknya segera keluar dari kamarnya. “Ada apa sih,Rin? Kok kamu teriak-teriak kayak gitu sih?” tanya wanita ini lembut dan membelai rambut anaknya yang sudah rapi.

“Ma,kok Nico nggak ada dirumahnya sih? Padahal hari ini kan ualang tahunnya. Nico kan janji sama Karin mau ngerayain bareng sama Karin,ma!”rengek Karin.

Tante Amanda terlihat sedih melihat anaknya seperti itu. Lalu ia memeluk anaknya yang sedang menangis itu. “Kemarin,Nico datang malam-malam kesini. Terus dia kasih....”

“Kenapa mama nggak bangunin Karin pas Nico kesini? Terus Nico kasih apa,ma?” potong Karin dengan berlinang air mata.

Lalu tante Amnda berjalan memasuki ruang kerja suaminya dan mengambil bingkisan diatas meja kerja suaminya itu. Setelah itu ia keluar dari ruangan tersebut dan berjalan ke arah anaknya yang terus menangis. “Ini dari Nico,Rin.” Tante Amanda memberikan bingkisan itu pada anaknya. Mendapat bingkisan dari mamanya,Karin terus memeluk bingkisan itu. “Rin,kemarin pas mama mau bangunin kamu. Nico melarang mama,katanya dia nggak mau ganggu kamu dan dia nggak tega ninggalin kamu. Makanya mama nggak bangunin kamu,” beritahu tante Amanda.

Karin berlari ke dalam kamarnya dan duduk disudut kamarnya. Ia menatap bingkisan dari Nico dan membuka bingkisan itu. Tangisannya makin menjadi-jadi setelah melihat isi dari bingkisan itu. Isi bingkisan itu adalah foto-foto mereka berdua dan barang yang ingin Karin miliki dari dulu yaitu boneka beruang yang bisa merekam suara. Karin memeluk boneka itu dengan erat dan nggak sengaja ia menekan tombol yang ada pada boneka itu.

“Hai,Rin. Maaf yach,aku nggak pamit sama kamu. Aku bener-bener nggak tahu kalau aku akan pergi tengah malam seperti ini. Sebetulnya,aku mau ngerayain ulang tahun bersama kamu,Rin. Aku sebetulnya ingin bercanda dan menjaga kamu,Rin. Dulu aku janji sama kamu akan memberi boneka ini. Dan akhirnya,janjiku dapat aku pemenuhi juga sekarang. Dan aku janji,aku akan pemenuhi janji kita kemarin. Tunggu aku yach,Rin. Aku pasti pulang untuk ketemu kamu dan aku akan terus rawat jam pemberian kamu,” ucap suara Nico dari dalam boneka itu.

“Aku pasti,aku pasti nunggu kamu,Nic,” janji Karin menangis memeluk erat boneka beruang itu.

“Rin,Rin,” panggil Alisa sambil menggoyangkan tubuh Karin.

Karin yang tadinya tertidur jadi terbangun dan matanya merah seperti habis menangis.

“Loe nangis yach?” tanya Alisa yang melihat mata Karin marah.

“Ah masa sih?” tanya Karin sambil menghapus air matanya. “Sekarang pelajaran apa sih,Al. Kok anak-anak pada ribut kayak gini?”

“Sekarang udah istirahat tau!”
”Oh istirahat,” ucap Karin dengan polos. “ Apa istirahat?”tanyanya sekali lagi dengan ekspresi trekejut.

“Karin,Karin,loe tuh telmi banget sih. Iya sekarang udah istirahat!” teriak Alisa didepan telinga Karin sehingga membuat telinga Karin sakit.

“Loe tuh nggak suka ngomong didepan telinga gue,bisa kan?” Karin memegangi kupingnya yang sakit. “ Sebelum ini pelajaran apa? Gue ketahuan nggak?”

“Tadi selama 3 jam pelajaran nggak ada guru sama sekali,non.” Beritahu Alisa kepada Karin. “Tuh,Rin. Ada yang nyariin loe!”ujar Alisa melihat ke arah pintu kelasnya.

“Siapa?” tanya Karin sebelum melihat ke arah pintu kelasnya.

“Ivan.”

“Dia lagi,dia lagi,” guman Karin kesal.

“Loe tuh aneh banget sih,Rin. Cowo keren,tajir,pintar kayak Ivan ,loe ngak mau. Padahal kan dia udah ngejer loe dari kelas 1 sampai sekarang,Rin. Bener-bener cowo yang nggak pantang menyerah yach sih Ivan tuh!”

Karin terlihat kesal melihat Alisa membicarakan Ivan. “Kalau loe mau buat loe aja,Al.”

“Emank dia barang apa?” ucap Alisa sedikit tidak suka mendengar gurauan sahabatnya. “Tapi..yang jelas loe temui dia dulu donk,Rin. Kasihan kan dia udah nungguin loe dari tadi,” pinta Alisa.

Karin yang tadinya menolak,akhirnya mengikuti saran sahabatnya itu. Ia beranjak dari tempat duduknya dan menemui cowo yang dari tadi menunggunya. “Hai,Van!” sapa Karin ramah.

“Hai,Rin,” sapa Ivan balik. “Yuk,ke kantin!” ajak Ivan.

Karin yang tadinya ingin menolak ajakan Ivan,mengurungkan niatnya setelah melihat tatapan Alisa yang menyuruhnya menerima ajakan Ivan. “Ayo,” jawab Karin walaupun setengah terpaksa.

Mereka berdua pun berjalan bersama menuju kantin sekolah mereka itu. Semua cewe yang melihat Karin terlihat cemburu karena melihat Karin berjalan dengan Ivan,cowo populer disekolah itu. Padahal mereka nggak tahu kalau sebetulnya Karin enggan berjalan bersama Ivan.

“Loe mau makan apa,Rin?” tanya Ivan setelah tiba di kantin.

“Nggak usah,Van. Gue minum aja.”

“Kalau gitu,loe mau minum apa?”

“Hmm,gue minum....”

“Jus strawbery kan?” potong Ivan tiba-tiba.

Karin hanya tersenyum menandakan tebakan Ivan itu benar. Lalu Ivan pun memesankan minuman pesanan cewe yang paling ia sayangi itu. Gila banget tuh cowo. Sampai-sampai dia nyari informasi segala tentang minuman kesukaan gue. Apa jangan-jangan dia nyelidiki gue yach? Pikir Karin dalam hati.

“Sorry lama,” ujar Ivan sambil membawakan dua minuman,untuk dirinya dan Karin.

Kedatangan Ivan membuyarkan lamunan Karin. “Loe juga suka jus strawberry?”

“Iya. Gue juga suka,emank kenapa?”

“Ah nggak pa-pa kok.”

“Rin,kenapa sih loe kok kayaknya ngindarin gue sih?”

Kenapa sih,Ivan kok tanyanya kayak gini! Duh,gimana gue jawabnya yach? Nic,tolongin gue donk! Ujar Karin dalam hati. “Ah perasaan loe aja kali. Gue nggak pernah ngehindarin loe kok! Kalau gue ngehindarin loe,gue nggak mungkin jalan ke kantin bareng loe kan?”

“Iya juga sih. Rin,gue boleh tahu jawaban loe tentang perasaan loe ke gue?” tanya Ivan gugup.

Aduh!! Kenapa sih dia nanyanya yang nggak pengen gue jawab sih! Ucap Karin jengkel dalam hati. “Van,sorry. Gue nggak bisa nerima perasaan loe. Gue lebih suka kalau kita jadi sahabat dan nggak lebih,” tolak Karin dengan halus.

Terlihat sekali perasaan kecewa dari Ivan. “Kalau gitu boleh kan gue jadi sahabat loe,Rin?”

“Boleh kok! Gue malahan senang loe mau jadi sahabat gue,” ujar Karin senang. Dan tak terasa jam istirahat sudah mau habis. “Van,gue balik ke kelas dulu yach!”

“Gue antar loe sampai ke kelas,Rin.”

“Thanks.” Karin dan Ivan pun meningalkan kantin sekolah Merpati,sekolah tercinta mereka itu.

“Halo,Al!” Karin duduk disebelah Alisa yang sedang asyik-asyiknya membaca novel Sherlock Holmes dari perpus.

“Tumben loe nggak marah atau kesel? Ada apa neh?”

“Nggak ada apa-apa kok. Cuma sekarang sohib gue nambah satu orang.”

Alisa menaruh buku yang ia baca di meja setelah mendengar ucapan Karin yang membuatnya penasaran. “Satu orang? Emanknya siapa? Ivan?” tanya Alisa penasaran.

“Yup! Seratus buat loe!”

“Hebat banget tuh Ivan! Udah ditolak sama cewe yang paling dia suka malahan sekarang jadi sahabat lagi.”

“Loe lagi nyindir atau muji orang sih?”

“Dua-duanya kali.” Alisa melanjutkan acara membacanya yang terhenti karena Karin.

Nic,happy birthday for you. Walaupun selama 8 tahun ini gue nggak pernah ngerayaib ultah loe. Gue selalu mendoakan loe sepenuh hati gue,Nic. Gue tunggu loe,Nic,ujar Karin dalam hati sambil memegangi kalungnya terus.

“Ma,Karin pulang.” Karin membuka sepatunya dan menaruhnya di dalam rak sepatu. Lalu ia menghampiri mamanya yang sedang merangkai bunga di halaman belakang. “Mama,nggak denger Karin ngomong yach?” tanya cewe ini kesal berdiri didepan pintu.

“Mama denger kok!” Tante Amanda masih serius memotong-motong tangkai bunga dan merangkainya didalam vas bunga.

Dari dulu Karin memang jengkel sama hobby nyokapnya itu. Setiap kali udah ngerangkai bunga,pasti semua hal dilupainnya. Entah ke pasar,beres-beres rumah,ataupun masak. Kalau Karin sama bokapnya udah negur nyokapnya itu,pasti beribu-ribu alasan dikeluarkan. Makanya,Karin paling malas negur mamanya. Karin lebih memelihi masuk kamarnya yang terletak dilantai 2. “Dasar mama,pasti kalau udah kayak gini nggak bakal masak deh!” gerutu Karin tergontai-gontai menaikki anak tangga rumahnya.

Kamar berwallpaperkan hello kitty itu terlihat rapi tidak seperti biasanya. Karin memasukinya dan langsung melemparkan dirinya ke atas tempat tidurnya. Lalu ia memejamkan matanya sesaat setelah itu pandangannya beralih pada boneka beruang disisinya. Karin memeluk boneka itu dengan lalu ia bangkit dari tempat tidurnya dan berdiri dibalkon kamarnya. “Nic,gue udah lama nggak liat loe disitu,” ujar Karin sedih seraya menatap terus rumah yang berada didepannya. Menurut Karin,bila ia terus menatap rumah yang berada tepat didepan rumahnya itu. Ia akan bertambah sedih dan rindu kepada sahabat masa kecilnya. Jadi,ia lebih memelih menutup pintu balkonnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah. Lalu tangannya memegang handphone dan memainkan jarinya memencet angka-angka yang berada dihandphonenya itu. “Hallo,Alisaku sayang,” sapa gadis ini dalam telepon.

“Loe,Rin. Ada apa loe telepon gue?” sahut suara Alisa yang terlihat berat dari dalam telepon .

“Loe kok kayak nggak suka gue telepon sih?

“Bukannya nggak suka. Tapi loe teleponnya nggak tepat tau!”

Karin menjauhkan handphonenya dari telinganya karena teriakan Alisa yang keras. “Nggak tepat sih nggak tepat. Tapi kalau ngomong tuh jangan teriak-teriak gitu donk! Loe abis bangun tidur?”

“Ya gitu deh. Loe tunggu bentar,gue mau cuci muka dulu.”

“Ok. Tapi jangan pakai lama yach,” sahut Karin kesel. Sambil menunggu Alisa,Karin membuka komputernya dan membuka folder lagu. Setelah ia menemukan lagu kesukaannya, planetarium – otsuka ai. Lagu itu terdengar merdu dari speaker yang cewe ini beli kemarin.

“Rin,loe lagi denger lagu apa sih?” tanya Alisa setelah selesai mencuci mukanya.

“Planetarium,” jawab Karin pendek sambil menikmati alunan lagu itu.

“Ngomong-ngomong,ada apa loe telepon gue?”

“Hmm...gue mau ngajak loe pergi.”

“Mau pergi ke mana?”

“Cari makan,” jawab Karin pendek.

“Cari makan. Ngapain cari makan,emank di rumah loe nggak masak apa?”

“Iya biasa. Nyokap gue lagi sibuk sama hobinya,so nggak mungkin masak sama sekali.”

“Makanya gue ajak loe makan di luar.”

“Ogah ah,gue nggak ada duit sama sekali.”

“Tenang aja,gue yang bayarin.”

“Kalau loe yang bayarin sih,gue mau-mau aja. Emank mau makan dimana?”

“Gue juga belum tau. Liat aja nanti.”

“Loe jemput gue kan?”

“Tunggu bentar yach,gue check dulu.” Karin membuka pintu kamarnya lalu berlari kebawah,tepatnya ke halaman belakang. “Ma,pak Jupri udah datang belum?”

“Kayaknya udah,Rin. Emanknya kenapa?” tanya tante Amanda sambil menaruh gunting dimeja.

“Karin mau pakai mobil,ma.” Jawab Karin pendek dan melanjutkan pembicaraannya dengan Alisa. “Ya udah,gue jemput loe,Al ,” beritahu Karin dalam telepon.

“Ok. Gue tunggu loe dirumah.”ujar Indah lalu mematikan teleponnya.

Karin menaruh handphonenya diatas meja makan. Lalu ia bergegas ke kamarnya untuk mengganti pakaian rumahnya dengan pakaian pergi dan nggak lupa membawa uang yang pastinya akan dipakai.

“Ma,Karin pergi dulu!”

“Kamu mau kemana sayang?” tanya tante Amanda yang heran melihat anaknya terburu-buru.

“ Mau cari makan bareng Indah,ma.” Karin duduk diruang tengah sambil memakai sepatu kesayangannya.

“Cari makan?” tanya tante Amanda aneh.

Karin berdiri dan menghampiri mamanya. “Iya. Kalau mama udah merangkai bunga kan nggak akan masak. Bener kan,ma?” ucap gadis ini sambil mengecup pipi mamanya.

Tante Amanda terlihat kesal disindir oleh anaknya seperti itu. “Kamu tuh bisanya nyindir mama aja,Rin.”

“Tapi itu bener kan,ma?” sindir Karin nggak tanggung-tanggung.

Tante Amanda terlihat kesal dengan ucapan anaknya. Dengan sinar mata yang tajam iya melihat anaknya yang pergi meninggalkan rumah. “Dasar anak kurang ajar. Masa sama mamanya sendiri berani bilang begitu sih!” gerutu tante Amanda sambil memilih-milih bunga yang ingin dipakainya untuk dirangkai.

“Pak Jupri,” panggil Karin.

Pak Jupri yang sedang mengelap-ngelap mobil tersentak mendengar panggilan Karin. “Iya,non.”

“Pak,saya mau pake mobil sekarang.” Karin berjalan menghampiri pak Jupri dan mobil kijang avanza warna merah metalik miliknya.

Pak Jupri menghentikan pekerjaannya tadi dan membukakan pintu tengah mobil untuk majikannya. Setelah Karin menaiki mobil tersebut,baru ia menutup pintu yang dibukakannya untuk majikannya tadi dan ia pun membuka pintu depan dan duduk didepan setir. “Mau kemana,non?”

“Ke rumahnya Alisa,pak,” jawab Karin sambil mengotak-atik handphonenya.

“Baik,non.” Pak Jupri pun menjalankan mobil avanza tersebut ke tempat yang dituju oleh majikannya ini.

Sekitar 15 menit,mobil milik Karin sampai dirumah Alisa. Karena rumah Alisa dan Karin berdekatan,hanya berbeda 3 kompleks perumahan saja.

“Alisa!” teriak Karin memanggil sahabatnya ini dari mobilnya.

“ Alisanya masih siap-siap,Rin. Kamu nggak mau mampir dulu?” tanya tante Dewi,nyokapnya Indah.

Dengan malu-malu,Karin menjawab pertanyaan tante Dewi. “Nggak usah deh,tante. Biar Karin nunggu di mobil aja,” tolak gadis ini.

“Iya,ma. Nggak usah ngajak Karin mampir segala. Nanti ngabis-ngabisin air,” tambah Alisa seenaknya yang berada dibelakang nyokapnya.

“Hush! Kamu ini bicaranya sembarangan aja.”

“Nggak pa-pa lagi,ma. Karin aja nggak marah kok,”ujarnya sambil melirik ke arah Karin yang terpaksa tersenyum.

Dasar anak ini bener-bener nggak tahu diri! Kalau aja nggak ada nyokapnya,pasti udah gue labrak! Awas aja yach loe,Al ! Ucap Karin geram dalam hati.

“Ma,Alisa pergi dulu yach,” pamit cewe ini sambil mengecup pipi mamanya.

“Hati-hati,sayang.”

“Tante,Karin pergi dulu yach,” pamit Karin juga dari dalam mobil.

“Hati-hati,Karin.” Tante Dewi tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya pada kedua cewe ini.

Setelah Alisa memasuki mobil milik Karin,mobil itu pun mulai melaju dari depan rumah Alisa. Terlihat sekali wajah Karin yang bete waktu itu. “Rin,loe nggak apa-apa kan?” tanya Alisa kuatir yang melihat tampang Karin yang menurutnya menakutkan.

“Nggak apa-apa gimana! Gue marah tau sama loe! Enak banget loe ngomong kayak gitu didepan ortu loe!” gerutu Karin kesal.

“Sorry deh! Gue kan cuma bercanda.” Alisa memperlihatkan tampangnya yang memelas di depan Karin. Abisnya nih anak kalau udah ngambek tuh lama banget. Bisa-bisa Alisa nggak jadi ditraktirnya deh.

“Bercanda loe hebat bange,Al .” Sindir Karin tajam.

Karena mereka berdua terus bertengkar,mereka nggak sadar kalau dari tadi pak Jupri bertanya pada mereka. “Non,mau kemana sekarang?” tanya orang tua ini berkali-kali.

“Loe mau kemana,Al ?” tanya Karin bingung.

“Terserah loe aja deh. Kan loe yang ngajak gue.”

“Yach udah,pak. Ke BSM aja deh!” Karin menjawab pertanyaan pak Jupri yang dari tadi ia kacangin. Setelah menentukan tujuannya,mereka pun menuju pusat perbelanjaan terbesar di Bandung itu.

Tidak ada komentar: