Cinta buatku bukanlah hal yang penting lagi. Cukup buatku jatuh cinta sekali dan putus cinta sekali juga. Karena hal itu sangat menyakitkan sekali untukku.
*******************************
“Khaterina,”panggil bosku dari ruangannya.
“Iya,pak,”sahutku menghampirinya. Aku bekerja disebuah biro wisata terkenal di
“Hmm..besok kamu ke hotel Papadayan yach! Kamu jemput klien kita yang datang dari Jepang,”beritahunya.
Apa? Jepang? Negara yang sangat menyebalkan! Gumanku dalam hati. Memang sejak aku putus dengan pacarku,aku jadi membenci Jepang. “Baik,pak,”ujarku sedikit berat hati.
“Baik kalau begitu. Besok kamu jemput klien kita,Na. Dan sebelum ke
“Baik,pak. Kira-kira berapa lama saya menemani dia,pak?”
“Kira-kira satu minggu dia akan disini. Dan hanya kamu yang bahasa jepangnya baik. Jadi,saya memilih kamu menjadi tour guidenya,”jawabnya. “Kalau gitu kamu bisa kembali bekerja,Na.”
“Baik,pak.” Aku pun meninggalkan ruangan bosku tersebut.
*******************
Aku mencari nomer kamar 142 di hotel papadayan,tempat klienku menginap. Setelah menemukan,aku pun mengetuk pintu kamar itu. Tapi sebelumnya aku memperbaiki penampilanku dulu. Soalnya aku nggak mau klienku sampai mengkritik penampilanku.
Pintu kamar itu pun terbuka.
“Selamat pagi,”sapaku sambil membukukkan badan seperti kebiasaan di Jepang.
Orang itu diam dan nggak berkata apapun.
Aku menegakkan badanku kembali. Aku pun diam terpaku saat memandang ke arahnya. “Kamu?” ujarku sambil menunjuk kearahnya. “Maaf mungkin aku salah kamar,”lanjutku. Mukaku memerah padam antara malu dan marah. Aku meninggalkannya. Namun ia mengejarku dan menghalangi di depanku.
“Yang kamu cari Kenichi
Aku terperangah. “Iya,”jawabku ragu-ragu.
“Kalau gitu berarti benar. Karena nama jepangku,Kenichi,”katanya melempar senyum padaku.
Aku berusaha nggak memandangi wajahnya. Karena melihatnya membuatku terpana. “Ohh..kalau gitu nanti tour guide pengganti akan datang setengah jam lagi. Silakan menunggu kembali.” Aku pun berlari meninggalkannya dengan terburu-buru.
***********************
“Kamu gimana sih? Masa tiba-tiba meninggalkan klien begitu saja! Dan klien kita tetap nggak mau tour guidenya selain kamu. Jadi saya harap kamu nggak akan mempermalukan perusahaan kita,Na. lagian biasanya kamu nggak seperti ini. Emank ada apa,Na?”
Aku menundukkan kepala. Kenapa sih? Aku harus kesulitan seperti ini? Nggak mungkinkan karirku hancur hanya gara-gara dia! “Baik,pak. Maaf kalau tadi saya gegabah,”ujarku menyesal.
“Saya percaya sama kamu,Na. Saya harap kamu nggak akan mempermalukan perusahaan ini. Saya yakin kamu sangat professional,”puji bosku.
“Baik,pak.” Aku pun meninggalkan ruangan bosku dengan berat hati. Karena aku nggak ingin menghabiskan waktuku seminggu dengan orang itu.
***************************
Aku mengantarkan Kenichi ke
“Setelah dari sini kita akan makan atau melanjutkan perjalanan kita? Kalau mau makan,kita akan makan di seberang jalan
“Terserah kamu aja,”jawabnya pendek. Pandangannya terus tertuju kepadaku dan membuatku sangat gugup.
“Oke. Kalau gitu kita makan siang dulu aja,tuan,”ujarku sopan. Walaupun dalam hatiku enggan berkata seperti itu.
“Panggilku seperti biasa aja,Na.”
“Maksud anda? Baiklah Kenichi,”kataku dengan nada tinggi.
“Maksud aku William. Jangan panggil aku Kenichi,oke?”
“Whatever.” Aku pun meninggalkannya sendiri dan berjalan mendahuluinya.
*******************\
Aku benar-benar nggak tahan untuk menemani William selama seminggu ini. Karena ia membuatku sangat gugup sekali. Padahal aku udah sekuat tenaga nggak memperhatikannya sama sekali loh! Untung aja 2 hari lagi aku udah lepas darinya.
Aku memegang jadwal yang diberikan kantorku untuk menemani William. Tapi ditengah jalan,ia menyobeknya dan membuangnya.
“Hari ini,aku nggak mau pergi sesuai jadwal.”
“Maksud kamu?” tanyaku nggak mengerti.
“Pak,ke dago pakar aja,”serunya kepada pak Anton,pengemudi mobil perjalanan kami.
Aku kesal dengan tingkah laku William. “Ngapain kita ke dago pakar?”
“I want remember something with you,”jawabnya dengan penuh teka-teki.
Aku nggak menggubrisnya. Daripada aku harus ambil konsekuensi dimarahi bosku gara-gara dia,males banget
*********************
Mobil itu berhenti sesuai permintaan William. Mobil itu berhenti di depan sebuah kafe yang nggak asing bagiku.
“Ini
“Ternyata kamu masih ingat kenangan kita yach,Na.” William tersenyum lega.
“Itu nggak penting sama sekali. Lagian tempat ini nggak ada di jadwal kita sama sekali. Kalau kamu mau disini terserah tapi aku nggak akan menemani sama sekali,”ancamku.
“Kamu tahu,kenapa waktu itu aku memutuskan kamu,Na?” Tanya William tiba-tiba.
Raut wajahku berubah seketika. Aku kesal,marah,dan sesuatu perasaan yang sulit untuk diungkapkan. “Itu masa lalu dan nggak penting sama sekali untuk diungkit,”jawabku ketus. “Kamu Cuma ngebuang waktuku percuma!” aku pun berjalan meninggalkannya.
Tapi ia mengejarku dan menarik tanganku masuk kedalam pelukannya. “Kamu pasti benci sekali sama aku yach,Na! maafin aku,Na. Aku mutusin kamu bukan karena aku nggak sayang kamu,”ungkapnya.
Aku merasa aneh kepada diriku sendiri. Kenapa air mataku tiba-tiba mengalir dan membasahi wajahku. Apa aku masih menyayangi dia? “Udah terlambat,Will. Aku nggak mau mengukitnya lagi,”kataku mengeraskan hatiku.
“Kamu bohong,Na. aku bisa lihat dari mata kamu,Na. Selama ini aku terus memperhatikan kamu,Na. aku nggak mau kamu tersiksa karena hubungan long distance. Karena hal bodoh itu aku mutusin kamu dan membuat kamu benci aku seperti ini. Tapi jujur,aku nggak pernah ngelupain kamu selama 6 tahun ini,Na.”
Aku merasa tersentuh dengan ucapannya. Entah kenapa,aku merasa semua yang diucapkannya itu jujur dari dalam hatinya. Apa yang harus aku lakukan. “Maaf,Will. Semua yang kamu ucapkan nggak sebanding luka yang kamu berikan ke aku.” Aku melepaskan pelukannya dan meninggalkannya begitu saja dengan perasaa yang sedih. Entah kenapa,aku bisa merasakan perasaan William juga,ia sedih sepertiku saat itu.
**********************
Aku terus merenung di dalam kamarku. Semua ucapan William selalu terngiang-ngiang di dalam otakku. Hal itu membuatku mengenang masa-masa indahku bersamanya. Aku pun tak mengerti dengan diriku. Mengapa benteng yang kubuat selama 6 tahun bisa rapuh setelah bertemu dengan William kembali? Apa sebenarnya aku menunggu dia terus selama ini tanpa kusadari? Semua pertanyaan bergumul dalam benakku.
“Non,”panggil Bi Darsem,pembantu di rumahku seraya mengetuk pintu kamarku.
“
“
“Bilang aja aku masih tidur,bi,”pintaku kepadanya.
Bibi pun memberitahu William sesuai dengan permintaanku. Lalu nggak beberapa lama kemudian,bibi kembali mengetuk pintu kamarku.
“Masuk aja,bi,”suruhku.
Lalu bi Darsem pun masuk ke dalam kamarku. Dan ia menyerahkan sebuah
Aku pun mengambil
Bibi pun keluar dari kamarku dan aku pun membuka
************************************
Aku mengejar mobil travel yang akan membawa William ke
William pun turun dari mobilnya. “Katherina,”ujarnya pendek dan nggak percaya. Ia masih nggak percaya bahwa aku mengejarnya.
Tanpa menjawab atau mengucapkan sepatah katapun aku memeluknya dengan erat. “Aku udah baca suratnya,Will,”ujarku pendek.
“ Bukannya kamu tidur kata pembantu kamu?”
“Maaf,Will. Tadi aku memang sengaja nggak mau ketemu kamu. Tapi setelah membaca
Wajah William berubah sumringah. Ia memelukku dan mengangkatku. “Bener,Na? bener kamu mau maaafin dan nerima aku lagi?”
Aku pura-pura berpikir. “Iya,aku mau,”ujarku sumringah pula. “Because i’m fallin in love with you,”bisikku kepadanya. Setelah itu kami pun tertawa dengan begitu gembiranya berdua. Dan melupakan semua disekeliling kami.
Akhirnya aku jatuh cinta lagi setelah 6 tahun aku memutuskan nggak akan jatuh cinta lagi. Tapi William udah membuat perasaanku kembali lagi. Dan ia pun melamarku dan mengajakku untuk tinggal di Jepang bersamanya. Padahal tadinya aku benci dengan Jepang karena dirinya. Tapi sekarang aku jatuh cinta dengan Jepang karena dirinya pula. Aku pun menerima ajakkannya itu. Because he make me fallin in love.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar